Dalam ajaran Islam, percaya kepada takdir adalah bagian dari rukun iman yang tak boleh diabaikan. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Iman ialah percayanya engkau kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kepada Qodar Allah yang baik maupun buruk” (HR. Muslim).
Takdir sendiri berasal dari kata Qodho yang berarti penciptaan, dan Qodar yang bermakna ketentuan. Dalam istilah, Qodar adalah segala ketetapan Allah yang terjadi sesuai ilmu dan kehendak-Nya sejak zaman azali jauh sebelum kita ada. Semua yang terjadi di alam semesta, baik kebaikan maupun keburukan, iman atau kufur, ketaatan atau kemaksiatan, semuanya sudah ada dalam ketetapan-Nya.
Namun, dalam Islam dikenal dua jenis takdir:
- Takdir Mubram – ketentuan yang mutlak dan tak dapat diganggu gugat oleh siapapun.
- Takdir Muallaq – ketentuan yang masih bisa diubah dengan usaha, doa, dan ikhtiar manusia.
Para ulama bahkan membagi takdir berdasarkan waktu penulisannya: takdir azali (sejak sebelum penciptaan langit dan bumi), takdir ‘umri (sejak manusia ditiupkan ruh), takdir sanawi (tahunan), dan takdir yaumi (harian).
Takdir Mubram – Takdir yang Tak Bisa Diubah
Takdir yang Tak Bisa Diubah disibut Takdir mubram adalah ketentuan Allah yang pasti terjadi, tak peduli seberapa keras manusia berusaha mengubahnya. Hanya Allah yang tahu persis kapan dan bagaimana ketentuan itu berlaku.
Bahkan takdir azali yang ditulis di Lauh Mahfudz sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi termasuk di dalamnya. Rasulullah SAW bersabda: “Allah menentukan berbagai ketentuan para makhluk-Nya, 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi. Dan ‘Arsy-Nya berada di atas air.” (HR. Muslim).
Contoh Takdir Mubram dalam Kehidupan Sehari-hari
- Kelahiran dan Kematian
Tidak ada seorang pun yang bisa memilih siapa orang tuanya, kapan ia lahir, jenis kelaminnya, atau rasnya. Semua itu adalah ketentuan Allah. Begitu pula kematian — tak seorang pun tahu kapan ajal menjemput, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A’raf: 34:
“Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat menunda atau mempercepatnya sesaat pun.” - Gravitasi Bumi
Kita tak bisa mengubah hukum fisika yang Allah tetapkan. Tanpa gravitasi, manusia tak akan bisa berjalan di bumi, dan setiap benda pasti jatuh ke bawah. - Bencana Alam
Gempa, tsunami, gunung meletus, atau wabah penyakit sudah ditetapkan Allah sebelum dunia diciptakan. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Hadid: 22:
“Tiadalah suatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah tersurat dalam kitab (Lauh Mahfudz) dahulu sebelum kejadiannya.” - Hari Kiamat
Tidak ada makhluk yang tahu kapan hari kiamat tiba. Ketetapan ini sudah ada sejak puluhan ribu tahun sebelum alam semesta tercipta.
Menghadapi Takdir – Antara Penerimaan dan Usaha
Hidup ini penuh tantangan. Ada hal-hal yang memang harus kita terima, tapi ada pula yang bisa kita perjuangkan. Takdir muallaq memberi kita ruang untuk berusaha belajar, bekerja, berdoa, dan berikhtiar.
Orang yang malas belajar tak akan pandai. Yang enggan berolahraga tak akan sehat. Yang tak mau bekerja tak akan kaya. Allah memberi kita akal dan tubuh sebagai modal untuk mengubah keadaan.
Beriman kepada takdir bukan berarti pasrah tanpa usaha. Justru, keyakinan bahwa Allah Maha Menentukan harus mendorong kita untuk bergerak. Doa dan usaha tidak pernah sia-sia. Mungkin hasilnya bukan seperti yang kita inginkan, tapi selalu ada kebaikan yang Allah siapkan entah dosa kita dihapuskan, permintaan kita dikabulkan, atau kebaikan itu disimpan untuk masa depan.
Takdir Allah selalu yang terbaik, meskipun terkadang kita baru memahaminya setelah melewati berbagai ujian. Maka, terimalah takdir yang tak bisa diubah, perjuangkan yang bisa diusahakan, dan selalu sertakan doa dalam setiap langkah.
